RSS

Cinta Terindah yang Terlupakan...



Saya sering patah hati, dan saya tahu sebabnya.
Apa? Ada yang tahu? Em sepertinya sudah bukan hal yang rahasia lagi, apalagi sekarang zamannya mental milenial mudah terbuai dengan kata-kata galau.
Ya, termasuk saya. (Menertawakan diri sendiri, sadar betapa bodohnya saya.)
Iya, berharap kepada orang lain.
Benar sekali.

Saya lupa, kalau saya punya cinta terindah.
Eh bukan lupa si...
Mungkin terlena, lalai, terbuai akan dunia...
AL-QUR'AN, cinta penghubung antara saya dan Dia, imam, penerang hati, petunjuk dan cinta istimewa dari-Nya...
🌹❤Al-Qur'an, rayu aku setiap napasku untuk bisa lebih dekat dengan-Nya... ❤🌹

Alhamdulillah 🙏😇

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Enggan Mencintaimu


Tuan, dari sekian banyak orang yang aku kenal, kaulah yang paling jahat, kejam, dan menyebalkan...
Itulah faktanya...
Kau berhasil membuatku seolah-olah tak memiliki ruang untuk bernapas lega...
Rasanya dunia ini hanya memberiku satu ruangan saja, dan aku akan bertahan jika kau ada di sisiku...
Itu sangat kejam Tuan.

Hatiku telah lumpuh atas nama kasih sayang.
Bisakah kau meluluhkan hati kembali?
Kembali kepada keadaan sebelumnya?
Sampai detik ini aku sadar, bahwa aku tidak akan pernah kuat jika aku menyandang cinta.
Aku tak mampu menyanggah rasa rindu.
Aku tak mampu menyanggah rasa sepi.
Ngianganku hanya kau.
Semua itu terus saja menyiksaku.
Bisakah kau kembalikan hatiku pada keadaan semula?
Keadaan yang tak pernah acuh akan kehadiranmu?
Keadaan yang penuh kebebasan bernapas di bumi ini?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cinta dan Rasa Hormat


Pada dua matamu aku terpikat,
Pada arif sikapmu aku terpukau,
Pada bahumu aku ingin berlabuh,
Pada jiwamu aku ingin pulang.

Wahai jiwa yang bijaksana,
aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Wahai jiwa pengelana,
aku ikhlas, aku serahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tuan, mungkin sering kali aku jatuh cinta. Jauh sebelum aku mengenalmu, tak hanya sekali dua kali, mungkin lebih dari itu. Pujangga bilang rasanya jatuh cinta itu sakit Tuan. Ternyata benar, memang sakit. Lebih baik membangun cinta.

Sejujurnya pertemuan pertama, kedua aku tak acuh akan kehadiranmu. Namun, pertemuan-pertemuan berikutnya entah mengapa banyak hal menarik dalam dirimu. Aku percaya bahwa mencintai tak cukup dengan rasa cinta, namun perlu adanya rasa hormat.

Dalam dirimu banyak hal yang aku cintai dan banyak pula hal yang bisa aku hormati. Perangaimu dan arif sikapmulah yang harus kuhormati dan caramu membantuku memecahkan masalahpun sama halnya.  Entah mengapa mencintaimu terkadang terasa melelahkan dan menjengkelkan, karena aku hanya diam, dan kau pun sama, hanya diam.

Hampir satu tahun pertemuan kita, aku sangat bersyukur, karena caramu memperkenalkan dirimu yang begitu unik dan berciri khas. Sebelumnya aku enggan berkenalan dengan orang yang sepantaran lebih dalam. Namun, hadirmu, menepis rasa sungkanku. Terima kasih telah menjadi guru kehidupanku. Kau guru kehidupan yang baik, baik, dan baik...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku, Serpihan Kaca...



Ya Allah, sesungguhnya aku merasa gagal dalam memimpin diriku sendiri. Perumpamaan wanita sebagai gelas kaca di ujung meja. Lantas dengan sengaja aku menjatuhkan diriku dari ketinggian hingga menjadi serpihan tajam berserakan di lantai...

Ya Allah, aku sekumpulan salah, aku yang tak mampu dan tak tahu arah melangkah... Bimbinglah langkahku... Aku tahu serpihan kaca itu tak dapat menyatu kembali... Namun, setidaknya dari serpihan kaca yang tajam itu aku bisa mengabdi kembali dalam bentuk yang berbeda...

Berikanku kesempatan kedua... 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengapa Harus Menikah?




Jauh dalam lubuk hatiku, aku mengagumi dan mencintai seseorang. Rasanya tak ingin melewati hari tanpanya, walau hanya sedetik. Ingin rasanya selalu bersamanya. Ini perasaanku yang kupendam dalam-dalam, dan mungkin akan terbaca oleh orang lain melalui tatapan mataku saat kujumpa denganmu.

Hatiku teramat rapuh, hancur rasanya jika kutahu bahwa aku mencintainya hanya sepihak. Untungnya aku diselamatkan oleh waktu, yang sampai saat ini aku belum bisa tahu pasti bagaimana perasaan pria itu. Sejauh ini terkadang aku mencuri perhatiannya, barang seminggu dua kali atau tiga kali. Barang lima menit atau sampai tiga jam.

Sungguh perasaanku sudah tak tertahan lagi, andai sejauh ini cinta boleh kuungkap, akan kuungkapkan. Huh mengapa mencintaimu terkadang terasa berat? Merindukanmu setiap detik sampai ujung waktu pertemuan. Sirna saat bertemu, dan kembali merindu saat berpisah.

Terkadang karena kurasa terlalu berat merindukanmu. Saat itu juga kurasa tak mau lagi berjumpa dengan siapapun selain dirimu. Karena kukhawatir akan merindukan orang lain selain dirimu, dan mengakibatkanku memiliki berjuta-juta rindu, yang tak pasti terobati.

Jalan yang harus kutempuh untuk menghilangkan rindu itu adalah selalu bertemu denganmu bukan? Yaitu dengan cara menikah. Tapi lagi-lagi banyak tanya dalam benakku. Mengapa kita harus menikah?

Dalam bayanganku menikah itu berat. Hal yang pertama kali aku terima adalah mendadak harus bangun pagi tanpa sapaan ayah ibuku. Harus menyiapkan sarapan untukmu, barang sesuap, dan selalu harus memperhatikanmu. Aneh bukan?

Selanjutnya, bagaimana dengan kewajibanku? Menjadi istri paruh waktukah? Setelah sama-sama lelah bekerja, aku harus menyiapkan segala keperluanmu. Barang sejenak berbincang-bincang dengamu. Baiklah itu tak masalah, akan kujawab tantangan itu.

Namun, kepastian berikutnya akan hadir malaikat kecil dalam kehidupan kita. Sepanjang waktu akan dipenuhi tangis, lelah dan berganti pula rutinitas kita. Tidak cukup sampai situ payahnya. Kau dan aku berkewajiban mendidiknya.

Mendidik malaikat kecil kita tak semudah membuat secangkir kopi Pak. Sangat berat. Mungkin seperti proses menanam padi, banyak proses yang harus dilalui. Butuh ilmu untuk itu semua.

Lalu mengapa kita harus menikah? Jika semuanya tentang kepayahan? Itu pola pikirku. Sehingga saat dilanda cinta, dan menuju pernikahan yang penuh payah. Saat itu pula kutak mau berjumpa dengan seorang pun yang bisa membuat kukagum. Lalu berencana menyiapkan segalanya dengan baik. Aku butuh waktu, butuh ilmu, dan butuh cinta, kasih, dan sayangmu kelak Tuan. Maka marilah sama-sama memantaskan diri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Teks dan Konteks Sastra


BAB 2
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN TEKS
       Pengertian Teks Luxemburg (1986: 86) menyatakan bahwa teks ialah ungkapan bahasa yang menurut isi,  sintaksis,  dan pragmatik merupakan suatu kesatuan.  Dalam praktek ilmu sastra,  teks hanya dibatasi pada teks-teks tertulis. Mengapa demikian? Karena semata-mata secara teori ungkapan bahasa lisan pun,  asalkan merupakan suatu kesatuan termasuk teks. Tentu saja kesatuan yang dimaksud harus terdiri atas kesatuan isi,  sintaksis,  dan pragmatik.
        Kesatuan pragmatik,  artinya dinamakan sebuah teks jika ungkapan bahasa yang dilakukan oleh pelaku komunikasi dalam suatu konteks sosial tertentu merupakan suatu kesatuan yang bulat. Adapun pengertian pragmatik Luxemburg(1986: 86)  berpendapat bahwa pragmatik ialah ilmu mengenai perbuatan yang kita lakukan bilamana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks tertentu.  Jadi,  istilah ini tidak sinonim dengan praktis seperti dimaksudkan dalam penggunaan bahasa sehari-hari.  Sebuah teks dapat tersusun dari runtutan tindak bahasa yang berasal dari berbagai juru bicara dan saling bereaksi satu sama lain.  Misalnya,  dalam teks dialog,  di mana teks dialog tesebut dapat kita jumpai lebih dari satu orang pembicara.
        Kesatuan sintaksis, artinya sebuah teks harus menunjukkan adanya kebertautan satu sama lain secara konsisten. Misalnya, Dina sudah menikah la mempunyai tiga orang anak. Di sini, kata "ia” menunjukkan kepada Dina; kalau kata "ia” tidak menunjukkan Dina, maka teks tersebut menunjukkan adanya dua kalimat yang lepas antara satu dengan yang lainnya. Lebih lanjut Luxemburg(1986: 88) menyatakan bahwa unsur-unsur bahasa yang menpunyai fungsi sebagai penunjuk intern dan yang menghematkan usaha untuk mengeksplisitkan sesuatu seperti "ia" dan "nya” disebut anafora. Dalam suatu teks semua unsur anaforik harus menunjukkan kepada anteseden yang sama (misalnya kata "ia"  harus menunjukkan orang yang sama).
       Kesatuan semantik,  yang dituntut sebuah teks dalam kesatuan semantik di sini adalah tema dari keseluruhan semua unsur tersebut. Artinya,  tema yang berfungsi sebagai penafsiran makna dari simbol-simbol suatu teks. Menunjukkan tema saja tidak memadai jika kita ingat akan kompleksitas semantik sebuah teks, bahkan sebaliknya. Maka pengertian "tema"  Luxembourg (1986: 89) berpendapat tidak dimaksudkan agar secara memadai menyajikan kompleksitas semantik itu. Bila kita merumuskan sebuah terna, kita baru memberikan suatu penafsiran menyeluruh yang memungkinkan kita untuk meninjau teks itu sebagai suatu keseluruhan Kemudian kita dapat meninjau bagaimana tema itu tersusun.
       Dalam teks-teks yang ingin meyakinkan pembaca atau pendengar, maka kesatuan-kesatuan itu adalah alasan-alasan yang diajukan. Maka dari itu diperlukan sebuah istilah yang lebih umum dan menunjukkan kesatuan-kesatuan semantik setiap teks. Istilah tersebut Luxemburg (1986: 89) menyatakan sebagai motif. lstilah ini dijumpai pada karya formalis Rusia. Luxembourg(1986: 89) berpendapat bahwa "motif”  yang dimaksudkan di sini ialah setiap kesatuan semantik yang bersama-sama dengan kesatuan-kesatuan semantik lainnya di dalam teks,  mewujudkan tema.Pengertian ini mencakup suatu tangga kesatuan-kesatuan.
       Motif-motif tersebut secara langsung dapat disimpulkan dari teks dan biasanya bersifat kongkret. Temanya itu tidak dengan sendirinya harus secara eksplisit dapat dirumuskan dan bersifat abstrak. Tema di dalam sebuah teks dapat disimpulkan dari keseluruhan motif dengan menempatkan motif-motif itu di bawah satu pengertian lewat jalan abstraksi. Sebuah motif yang melukiskan sebuah situasi disebut oleh Luxemburg(1986: 90) dengan istilah sedangkan motif yang menunjukkan perubahan,  sepert peristiwa disebut dinamik.

B. PENGERTIAN KONTEKS
       Pengertian teks berdasarkan definisi diatas berarti teks adalah satu kesatuan pragmatik, sintaksis, dan semantik. Sedangkan pembahasan mengenai konteks Zulfahnur (2011: 2.17) menyatakan bahwa konteks adalah fungsi yang diacu oleh teks. Dengan demikian, teks dan konteks adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Artinya l, munculnya teks dan konteks ini selalu bersamaan setiap teks pasti ada konteks yang dirujuk.

C. TEKS DAN KONTEKS
       Untuk dapat mendeskripsikan faktor penentu sebuah teks, diperlukan cara pandang bahwa teks harus dilihat sebagai sebuah pesan dalam situasi komunikasi. Jakobson dan Luxemburg (1986: 90) menganalisis enam faktor yang perlu diperhatikan dalam setiap tindak komunikasi. Keenam faktor tersebut di antaranya: 1) pemancar, 2) penerima, 3) pesan (teks sendiri) 4) kenyataaan atau konteks yang diacu oleh pesan, 5) kode yang merupakan perwujudan pesan, 6) suran yang menyalurkan pesan.
       Namun keenam faktor tersebut akan dibahas enam faktor bagian besarnya saja, yaitu: 1) pemancar dan penerima, 2) konteks, 3) kode dan saluran/kontak, 4) teks sebagai pesan

1. Pemancar dan penerima

       Pemancar teks adalah pengarang yang ingin menulis teksnya dengan makaud tertentu. Sedangkan, penerima pesan teks adalah si pembaca atau penonton ingin mempunyai suatu maksud, misalnya agar pembaca itu terhibur atau tertawa. Dampak dan tujuan yang disajikan dalam pemancar teks tidak sama, namun terjadi komunikasi yang hebat antara si penerima pesan teks tersebut.

2. Konteks
       Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa yang dimaksud dengan konteks adalah fungsi yang diacu oleh teks. Fungsi ini ada dalam setiap ungkapan bahasa , seperti sistem tanda dalam bahasa pun memiliki pesan, fungsi acuan dan fungsi yang di rujuk. Pesan terseut dapat dikaitkandengan pikiran, perasaan, dan ide-ide mengenai segala sesuau yag ada atau yang mungkin ada. Kejadian-kejadian fantastik dalam sebuah dongeng misalnya tidak akan terjadi dalam kenyataan, tetapi unsur-unsurnya berkaitan dengan pengertian mengenai sebuah hal yang memang masuk akal.
       Selanjutnya, Hartoko dalan Zulfahnur (2011: 2.20) berpendapat bahwa konteks selain terdiri atas bayangan kita mengenai dunia nyata atau mungkin ada, konteks juga membahas pola kejadian dalam dunia. Artinya, segala kejadian yang ada di dunia fiksi lebih mencerminkan kehidupan nyata yang ada di dunia. Lebih lanjut Luxemburg (1986: 91) membagi dua motif, yaitu motif statik dan motif dinamik. Motif-motif statik terjadi jika pola kejadian dalam urutan sinkron, sedangkan motif dinamik terjadi jika pola kejasian dalam keadaan diankronik.

3. Kode dan saluran atau kontak
Zulfahnur (2011:2.20) menyatakan bahwa kode adalah sebuah sistem yang terdiri atas sejumlah kaidah,janji, dan kaidah-kaidah “alami” yang merupakan dasar untuk memaknai tanda-tanda pada makna yang diacunya. Kode pertama, dinamakan kode primer. Kode-kode primer yang berlaku pada teks-teks adalah kode bahasa yang dipakai untuk mengutarakan teks yang bersangkutan, seperti kode yang terdapat dalam kamus dan pedoman tata bahasa. Selain itu, teks-teks btersusun menurut kode-kode lain yang disebut kode sekunder. kode sekunder bahan atau materialnya terdiri atas sebuah sistem lamabang primer, yakni bahasa. Yang termasuk dalam kode sekunder dan digunakan dalam teks-teks untuk mengalihkan arti, misalnya struktur cerita prinsip-prinsip drama, bentuk-bentuk argumentasi, dan sistem-sistem metric. Kode-kode yang tiap hari kita jumpai misalnya, kode yang sering muncul dalam iklan baik itu media cetak maupun noncetak.
Penggunaan kode-kode bahasa yang sering dimunculkan pengarang dalam karya-karyanya, misalkan supernova yang ditulis Dewi Lestari, pengarang muda yang sering dikenal dengan sebutan Di dan merupakan anggota kelompok musik Rida Sita Dewi. Dalam novel tersebut ditampilkan banyak kode, berupa istilah-istilah fosika, astronomi, dan ilmu eksata yang lain. Hal ini tentu memunculkan suatu paradigma bahwa si pengarang sangat memiliki kemampuan yang lebih sehingga ia dengan penuh keluwesan menggambarkan kode-kode “sulit” tersebut dengan amat gambalang, termasuk pemilihan judulnya supernova (Zulfahnur,2011:2.20).
Agar tujuan yang diberikan pemancar dapat diterima dengan baik, setiap kode yang diberikan harus jelas, kontak yang dijalin pun harus benar, sebab syarat material yang harus dipenuhi agar komunikasi dapat terjalin dengan baik adalah adanya kontak. Gambaran yang disampaikan oleh pemancar pun harus dapat diterima dengan jelas oleh penerima karena tidak menutup kemungkinan banyak teks yang dibaca setelah teks tersebut ditulis puluhan, bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu, contohnya Don Kisoot. Cerita Don Kisoot yang dikarang Alexandre Dumas pada awal abad ke-20-an harus tetap dimaknai sama jika kita membacanya pada masa mendatang (Zulfahnur, 2011:2.21). Artinya, segala hal yang ingin disampaikan pengarang harus tetap kita cerna sama. Adapun sarana yang harus dipenuhi untuk mempersatukannya, untuk tetap menjalin kesamaan cara pandang antara pengarang, karya sastra dan pembaca diperlukan kontak Walaupun ada perbedaan dalam cara pandang, perbedaan tersebut biasanya hanya pada masalah latar belakang budaya dan aspek pemasaran.  Timbulnya latar belakang budaya disebabkan karena adanya perbedaan antar generasi yang berbeda. Sedangkan pemasaran berkaitan dengan kegiatan cetak ulang suatu karya, di mana penerbit harus mengubah tata ejaan yang digunakan sebuah teks, termasuk juga di dalamnya tata letak dan unsur-unsur yang berkenaan dengan aspek penerbitan. Dalam proses cetak ulang ini dapat menyebabkan turunnya kontak disebabkan adanya sedikit perbaikan dalam naskahnya.

       Dalam proses komunikasi anatara dua orang atau lebih, teks berfungsi sebagai penyampaian pesan, yakni sejumlah tanda yang merujuk pada makna-makna tertentu. Artinya komunikasi yang dijalin akan mengarah pada pesan sehingga akhirnya melahirkan pembaca “ideal”, pembaca yang bisa menyetujui pengandaian yang dimaksud oleh pengarang dalam karyanya. Misalnya beberapa tahun yang lalu dimuat serbuah iklan dalam sementara surat kabar di Afrika Selatan yang berbunyi sebagai berikut, “Pada Hari Jadi Republik, kita hadiahkan seorang anak kulit putih kepadanya”. Secara implisit diutarakan bahwa anak-anak kulit putih lebih berharga daripada anak-anak kulit hitam, dan bahwa para pembaca menyetujui pendapat itu (Luxemburg, 1986: 94).

D. ANEKA JENIS TEKS

       Teks-teks yang terdapat dalam sebuah karya sastra dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Berdasarkan fungsi yang terdapat dalam teori komunikasi, jenis teks dapat dibedakan menjadi 4 bagian. Pengertian fungsi sendiri Luxemburg (1986: 94-95) menyatakan bahwa fungsi ialah keseluruhan sifat-sifat yang Bersama-sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya. Fungsi dapat diukur sejauh mana tujuan teks (yang dapat dibaca dari teks) bersatu padu dengan dampaknya (sejauh mana ini dapat dilacak). Jenis-jenis teks yang dimaksud oleh (Luxemburg, 1986: 95-99) antara lain: 1) teks acuan; 2) teks ekspresif; 3) teks persuasif; 4) teks-teks mengenai teks; 5) teks-teks yang berfungsi social; dan 6) teks-teks sastra.

1. Teks Acuan
      Walaupun setiap teks selalu memiliki makna yang dapat dibaca dan memiliki sebuah aspek acuan, namun sebuah teks baru bisa dikatakan referensial jika fungsi utamanya mengatakan sesuatu mengenai atau mengacu yang konteks, yaitu dunia real atau dunia yang mungkin ada. Teks acuan dapat dibedakan menjadi 3, yakni a) teks informatif; b) teks diskursif; c) teks instruktif (Luxemburg, 1986: 95-96).

a. Teks Informatif
       Sebuah teks dikatakan sebagai teks informatif jika teks yang ada itu menyajikan
berita faktual, tanpa diberi komentar, sekalipun tidak ada teks yang isinya informatif “melulu”. Contoh sederhananya, “Dilarang Masuk” dalam ruangan khusus hanya bersifat informasi belaka tetapi juga anjuran untuk tidak masuk dalam ruangan khusus itu. Meskipun seseorang akan tetap masuk, mungkin orang tersebut akan ditegur oleh orang lain yang berada dalam ruangan khusus tersebut. Contoh lain yang tidak bermakna ganda, teks tentang peta Indonesia. Dalam teks tersebut ditampilkan bentangan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, termasuk nama-nama kotanya yang tentu saja merujuk pada satu pengertian tentang wilayah Indonesia (Zulfahnur, 2011 : 2.23).

b. Teks Diskursif
       Sebuah teks diskursif mengaitkan fakta secara bernalar. Tipe ini jarang sekali dijumpai dalam bentuk murni. Artinya, kaitan-kaitan yang diadakan antarfakta memang merupakan tanggungjawab pengarang, tetapi melalui penalaran yang eksplisit ia harus mempertanggungjawabkan kaitan-kaitan tersebut. Jika penalarannya tidak bersifat eksplisit, kadar kediskursifannya akan berkurang dan ini yang dinamakan dengan manipulasi. Pengarang mempengaruhi jalan pikiran pembaca, padahal pembaca mungkin tidak mengecek apakah jalan pikirannya dipengaruhi oleh pengarang atau tidak.
c. Teks Instruktif
       Teks yang ketiga yaitu teks instruktif. Teks instruktif ini merupakan teks yang berupaya memberikan tuntunan atau pegangan sehingga pengetahuan atau keterampilan pembaca secara sistematis dapat diperluas. Teks instruktif ini terdiri dari suplemen bahan ajar, buku pegangan, buku-buku perkuliahan, dan buku petunjuk tentang memperbaiki sesuatu.

2. Teks Ekspresif
       Sebuah teks dapat dikatakan ekspresif jika fungsi utamanya ialah mengungkapkan perasaan, pertimbangan, dan sebagainya dalam diri seorang pengarang. Luxemburg (1986 : 96) mengemukakan bahwa istilah “teks instruktif” biasanya dikatakan dengan puisi lirik, tetapi tidak semua bentuk puisi dapat digolongkan pada jenis ini, sedangkan sejumlah teks besar prosa bersifat ekspresif.
       Karya sastra yang memiliki karakteristik keekspresifan dalam bentuk teks yang sebagian besar teks prosa itu antara lain cerpen, novel, ataupun prosa. Seorang pengarang karya sastra dapat menampilkan beberapa tokoh fiktif sebagai acuan, yang bertindak sebagai juru bicara yang akan mengungkapkan gagasan-gagasannya. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi pengarang, Karena ia dapat saja mengambil jarak-jarak terhadap perasaan-perasaan yang diungkapkan dengan sarana-sarana yang halus sekali. Namun, bagi seorang pembaca kritis akan dapat langsung menerka kesan dari pengarang dalam diri seorang tokoh yang ditampilkan, tetapi ini perlu ditindaklanjuti kebenarannya dan hanya sebatas sebagai praduga.
       Salah satu contoh yang diberikan oleh Zulfahnur (2011: 2.24) novel Berkisar Merah karya Ahmad Tohari. Novel tersebut mengisahkan tentang figur Eyang Mus, seseorang dengan figur madanin dengan ketaatan beribadah yang tinggi senantiasa memberikan nasihat-nasihat dan wejangan kepada segenap tokoh-tokoh yang muncul dalam novel tersebut, misalnya kepada Darsa yang sedang kalut Karena terbukti menghamili Sipah. Demikian juga kepada Wiryaji dan Mbok Wiryaji, kedua orangtua Lasi yang sedang berduka karena anaknya harus menemui kenyataan pahit, dikhianati suaminya, Darsa. Dalam setiap sumbang saran yang diberikan Eyang Mus, nasihat-nasihat ringan tapi dalam maknanya kerap diungkapkan. Tokoh Eyang Mus ini, boleh jadi, merupakan kloning (kembaran) dari Ahmad Tohari.

3. Teks Persuasif
       Teks persuasif memiliki fungsi utama, yaitu mempengaruhi pendapat, perasaan, dan perbuatan pembaca. Teks persuasif ini dapat dijumpai sehari-hari dalam dunia iklan, pendidikan, penganjaran, dan pers opini. Teks persuasif dapat dibagi menjadi dua, yaitu teks evaluatif dan teks direktif. Teks evaluatif berfungsi untuk mempengaruhi pendapat dan perasaan pembaca, salah satu diantaranya adalah resensi-resensi buku. Sedangkan, teks direktif berfungsi untuk mempengaruhi kelakuan pembaca. Teks direktif juga sering bersifat evaluatif. Artinya, teks ini memiliki dua peran sekaligus, yakni mempengaruhi pendapat sekaligus mempengaruhi kelakuan pembaca. Misalnya, karena propaganda politik, dengan cara menerbitkan biografi tokoh yang sedang menjadi sorotan, seorang pembaca dapat meninjau kembali pendapatnya, lalu mengubah pendiriannya untuk memberikan suaranya pada tokoh tersebut.
       Strategi dalam meniliti teks-teks persuasif dapat ditujukan kepada dua pertanyaan yang berbeda-beda menurut tujuan yang ditentukan oleh seorang peneliti. Jika peneliti ingin tahu apakah teks tersebut itu “jujur” atau apakah cukup bersifat diskursif, maka ia harus memperhatikan apakah dengan alasan-alasan eksplisit dapat dinalarkan. Teks-teks persuasif yang menggunakan alasan-alasan implisit (tidak dapat dikontrol) disebut persuasif-manipulatif . teks-teks persuasive ini juga memiliki beberapa kriteria yang harus senantiasa dipegang untuk mengurangi dampak yang mungkin timbul. Misalnya, sebuah iklan perawatan tumbuh yang dikeluarkan oleh sebuah instansi atau perusahaan, dapat menjadi boomerang bagi produsen jika dalam sisi penyajian tersebut mengabaikan aspek logika, baik dari bahasa maupun substansi yang diiklankan.

4. Teks-teks Mengenai Teks
       Beberapa teks memiliki fungsi utama untuk mengadakan refleksi mengenai teks-teks. Teks-teks mengenai teks atau secara lebih luas, teks-teks mengenai bahasa, terdapat dalam semua buku mengenai ilmu bahasa. Dalam sastra sering terjadi bahwa bahan utama sebuah teks adalah teksnya sendiri. Teks-teks yang serupa dengan itu tidak bersifat referensial, tetapi pendapat itu tidak benar. Pertama, karena setiap ungkapan bahasa bersifat referensial dan sifat pokok dari sebuah bahasa adalah mengacu, mengadakan referensi. Kedua, teks yang dibahas dalam sebuah teks, juga merupakan bagian dunia. Artinya, teks-teks itu merupakan teks-teks referensial yang istimewa, dan merupakan suatu golongan tersendiri.
        Teks-teks sastra yang membahas kesastraan disebut dengan teks meta-sastra, teks-teks yang memuat beberapa sajak disebut dengan meta-puisi. Sedangkan teks-teks mengenai bahsa disebut meta-bahasa. Contoh sederhana dari teks-teks mengenai teks antara lain kumpulan cerpen seorang pengarang dalam satu teks, atau teks-teks cerpen terbaik yang [ernah dimuat dalam media masa.

5. Teks-teks Yang Berfungsi Sosial Mengenai Teks
       Ungkapan bahasa yang berfungsi sosial hanya terbatas pada kontak fisik. Dalam sastra, teks-teks yang berfungsi sosial jarang kita dapati. Namun, ada bagian-bagian teks, kalimat-kalimat atau dialog-dialog singkat yang mempunyai fungsi sosial. Banyak ungkapan yang rupanya mempunyai dungsi lain sebetulnya diucapkan untuk menjalin kontak. Begitu juga dengan kebudayaan Indonesia, bila kita berjumpa dengan orang lain, kita bertanya “Ke mana?” sebetulnya kita tidak ingin tahu orang itu kemana, kita hanya menanyakan itu untuk menjalin kontak sosial (Luxemburg, 1986: 98-99).

6. Teks-teks Sastra
       Jakobson dalam Luxemburg (1986: 99) pernah mengadakan suatu usaha untuk membatasi secara tersendiri teks-teks sastra dalam kerangka teori komunikasi. Oleh Jakobson dalam Luxemburg (1986: 99) fungsi literer (puitic function) dibatasi sebagai fungsi yang mengarahkan perhatian kepada pesan, kepada teks sendiri. Pembatasan teks-teks sastra tersebut ada untung dan ruginya. Untungnya, dengan diadakan banyak penelitian mengenai teks sendiri dalam kompleksitasnya, teks-teks sastra tersebut lepas dari fungsi acuan atau fungsi ekspresifnya. Ruginya, otonomi karya seni ditekankan secara berat sebelah. Artinya, teks-teks yang bersifat sastra tidak hanya berlaku dalam anggapan bahwa sebuah karya seni bersifat otonom, melainkan juga bahwa karya itu memenuhi salah satu fungsi.
       Sebuah teks bersifat sastra bila ia berfungsi sebagai sastra, yaitu bila sekelompok pembaca, termasuk si peneliti, membaca teks sebagai hasil sastra. Ada beberapa pendapat yang menganggap unsur foregrounding, menekankan teks sendiri, sebagai ciri khas bagi sastra. Menurut pandangan ini, isi atau fungsi referensial diikutsertakan. Isi teks yang bersifat menarik atau bersifat baik secara moral atau “tipikal” dapat diartikan sebagai sifat sastra konvensional atau hanya secara tidak langsung berkaitan dengan dunia pengalaman.


BAB III
PENUTUP


A. SIMPULAN
       Berdasarkan beberapa pendapat disimpulkan bahwa teks adalah suatu kesatuan bahasa baik lisan maupun tulisan yang memiliki isi dan bentuk yang saling berkaitan. Konteks adalah fungsi yang diacu oleh teks. Teks dan konteks saling berkaitan satu sama lain. Teks tanpa adanya konteks tidak akan menjadi kesatuan yang pragmatik, sintaksis dan semantik.
      Aneka jenis teks dapat dibedakan dan dipahami dengan adanya konteks. Konteks yang berbeda-beda itulah yang menentukan jenis teks. Adanya konteks dalam teks memberikan pemahaman yang baik bagi pembaca atau pendengar yang membaca atau mendengarkan teks tersebut

B. SARAN
       Ketika kita berbicara atau menulis, sebaiknya kita perhatikan teks dan konteksnya, agar pendengar atau pembaca dapat memahami konteks atau maksud suatu hal yang kita bicarakan atau disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA


Fatimah, dkk. (2014), Teori Sastra. Tangerang: Pustaka Mandiri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bukan Mengekang Nak, Kami Sayang


Banyak anak-anak yang menganggap, bahwa orang tua mereka selalu mengekang mereka. Padahal orang tua tidak bermaksud untuk mengekang, hanya saja orang tua kita sayang sama kita. Sekiranya berada pada titik ketidaknyamanan, mungkin orang tua kita sudah bingung dan lelah menghadapi kita. Saat seperti ini, kalian harus sadar, betapa besar cinta orang tua kita untuk kita?

Renungkanlah sejenak dalam sunyi, mengapa mereka (orang tua) menyayangi kita dengan cara seperti ini? Seolah-olah mengekang? Keras, dan egois? Detik itu juga, bercerminlah, adakah yang salah pada diri kita? Adakah perkataan, perbuatan, dan pemikiran yang tidak baik? Introspeksi diri Nak... Tak ada asap, jika tak ada api.

Malam ini saya belajar dari sebuah curahan hati seorang anak yang mengeluh kesahkan dirinya. Ia merasa terkekang dengan sikap orang tuanya yang selalu saja menjemput dan memanggilnya untuk pulang "Nak, pulang, sudah malam." Padahal hal seperti itu wajar Nak, jangan merasa terkekang, itulah isi hati orang tua, selalu khawatir di mana anaknya berada.

Kau tahu Nak, cinta itu indah, cinta itu anugerah, bahkan bisa jadi cinta itu ujian. Kamu adalah buah cinta, tak mungkin mereka akan mengekangmu. Itulah cara orang tuamu mencintaimu, selalu perhatian kepadamu. Jika memang kau tak mau mendengar suaranya nan indah "Nak pulang,  sudah malam." Maka ingatlah waktu, ketika kau main, jangan seenaknya saja.

Main itu tidak dilarang, justru bagi saya main adalah kebutuhan, kebutuhan jiwa agar tak jenuh. Tapi kalau main ingat waktu, bukan sehari semalam habis untuk bermain. Mubazir waktu itu namanya, dan orang yang tak dapat menggunakan waktu dengan baik ia akan merugi.

Ingat tiga hal yang akan dibawa mati, ilmu, amal, dan akhlak (anak yang saleh/a). Menghormati, menyanyangi orang tua adalah cara yang baik untuk berbakti kepada orang tuamu. Sami'na wa atho'na, dengarkan dan taati. Dengarkan dan taati nasihat orang tuamu, jangan kecewakan mereka, buatlah hatinya bangga. Maka dengan begitu, kau sudah ada bekal untuk kau menghadap pada sang ilahi. (1) Kau dapatkan ilmu untuk berbakti kepada orang tua, (2) kau amalkan ilmu itu, (3) kau ciptakan akhlak yang baik pula.

Dengan cara menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, kau akan mudah bersyukur, karena kau dikirimkan orang tua yang begitu luar biasa, sepasang hanya untuk kamu. Serta istimewanya lagi, in syaa Allah kau sudah menyediakan istana indah untuk mereka nanti, saat di sisi Allah.

Melihat orang tuaku yang berjuang mendidikku, memotivasiku untuk jadi wanita yang saleha. Karena harta benda bahkan nyawa tidak bisa membalas jasa mereka. Namun dengan menjadi wanita yang saleha, in syaa Allah menyelamatkan orang tua dari fitnah... I love you my parents... 😘

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS