RSS

Senyummu dan Ketulusanmu


Kehidupan itu selalu ada siklusnya. Seperti musim gugur dan semi silih berganti, seperti kemarau dan hujan, demikianlah dalam sebuah rasa, sedih dan bahagia selalu beriringan. Dulu pernah bahagiaku merekah indah tanpa sedikit pun gelisah, ketika hadirnya seseorang yang mengajarkan tentang indahnya senyuman, dan hampanya sebuah  kebencian. Seiring berjalannya waktu, ia lenyap ditelan bumi tanpa sayup kabar terdengar darinya.

Setelah sekian lama, kularut dalam sebuah rasa yang penuh hampa, kulihat senyuman yang lebih indah dari sekadar  senyuman, yaitu sebuah ketulusan. Senyum saja tak cukup, namun kita harus rekahkan senyuman dengan sangat indah, indah dari ketulusan hati akan terpancar meski hanya menarik sedikit rona bibirmu.

  
Tersenyum itu sederhana, dengan kesederhanaan itu pun banyak orang yang merasa bahagia.  Sesederhana itulah mengundang rasa bahagia. Hanya perlu senyuman yang tulus. Bahagia itu tak ternilai harganya, karena memang sebuah senyuman tak dapat bisa kau dapatkan dengan cara memaksa, paling tidak kau bisa memecahkan senyumannya dengan rasa yang sama.

          
Rasa itu, ketulusan senyuman darimu, bagaimana kau bisa merasa bahagia selalu bersama banyak orang, jika kau saja enggan memberikan senyuman yang sama? Kekuatan senyuman yang luar biasa. Bisakah kau memberikan setiap detik, setiap menit bahkan setiap napas seumur hidupmu? Sungguh senyummu itu membawa candu untukku, akhlak dan kealimanmu menambah rona yang indah dan membuatku tak mau ada gap dan kehilanganmu sedetikpun.

        
Terlalu banyak kehilangan dalam hidupku yang lalu, bahkan sampai sekarang. Namun semua yang hilang seolah kembali lagi, terganti akan hadirmu. Allah begitu sayang denganku, mungkin kukehilangan banyak keluarga, namun Allah pun tak mau aku larut dalam kesunyian dan kesedihan. Kau lukiskan keharmonisan keluargamu, dan terngiang dalam anganku tuk rasakan hal yang sama. Setelah kuterbangun dari tidurku, sekian lama kubaru sadar, ternyata kujuga memiliki keluarga yang sama denganmu, yaitu mereka (keluarga TKA/TPA Hidayat Taufiq, sahabat kecil dan Arrofi'ul Amanati) yang selalu warnai hidupku.

Terima kasih untukmu, yang telah sadarkanku dalam tidur panjangku... 😊

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Berbagi bersama, keluarga Desa Mulyasari

Pengabdian Masyarakat Mulyasari



Assalamu'alaikum.wr.wb.
Baiklah hari ini Lulu' mau berbagi cerita sama kalian.
Emm...  Ternyata ni teman-teman, di zaman yang sudah maju sekarang ini,  serba tekhnologi, serba instan dan serba mudah terpenuhi segala kebutuhan, masih ada yang tertinggal lho teman-teman, dalam semua hal. Jangankan membca dan menulis, bercocok tanam tuk memenuhi kebutuhan mereka saja belum dapat mereka lakukan seoptimal mungkin. Lebih parahnya lagi, kabarnya lurah di daerah Bogor Timur itu sendiri tidak tahu kalau ada desa di atas kaki gunung Bogor Timur tersebut, yaitu desa Mulyasari.

Sebelumnya, kami pun tidak mengenal desa tersebut, namun tak lama sebelumnya ada tim pendaki gunung yang dipimpin oleh Pak Wisnu, tak sengaja beliau dan teman-temannya bertemu dengan warga-warga desa di saat mendaki gunung di Gunung Bogor Timur. Sontak terkejut dengan adanya kenyataan tersebut, karena saat tim pendaki Pak Wisnu mengajak komunikasi para warga, warga tidak mengetahui apa percakapan Pak Wisnu, dan warga kebingungan dan berbisik-bisik dengan bahasa Sunda, akhirnya dari situlah diketahui bahwa bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Sunda. Ternyata di sana pun fasilitas belum terpenuhi seutuhnya, seperti kamar mandi (mereka masih melakukan mandi, mencuci dan memasak dengan air sungai atau air terjun), listrik, sekolah dan lain-lain. Oleh sebab itu mereka kurang wawasan bahkan mereka buta aksara dan buta hitung.


Akhirnya mendengar cerita dari Pak Wisnu tersebut, kami teman-teman dari Unindra prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, mengadakan survei pada 18 Februari 2017. Berlanjut setelah mengetahui hal tersebut, kami mengadakan pengabdian masyarakat untuk Desa Mulyasari. Kami di sana mengadakan kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia, pendidikan agama Islam, bahasa Inggris, matematika, dan IPA, dengan upaya agar mereka dapat mengikuti pendidikan  kejar paket A dan mengamalkannya.


Alhamdulillah sekarang Desa Mulyasari dikenal orang, dan mendapatkan berbagai bantuan dari teman-teman yang peduli dengan Mulyasari, sekarang sudah ada 3 kamar mandi umum, jaringan listrik, sekolahan dan tenaga pendidik. Semoga Allah senantiasa beri berkah rahmat, nikmat sehat dan berkah rezeki untuk kita semua... Aamiin.. Ya Robbal 'aalaamiin... 😊

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Majelis Love Story

MAJELIS LOVE STORY


Setting 1, di Musholla
Pimpinan majelis memperkenalkan ustadz pengganti Ust.Zakaria, yaitu Ust.Ali.
Ust.Maemun : “Assalammu’alaikum.wr.wb.”
Santri-santri : “Wa’alaikumsalam.wr.wb.”
Ust.Maemun : “ Apa kabar semua?”
Santri-santri : “Alhammdulillah baik Ustadz.”
Ust.Maemun : “Mohon maaf anak-anak semua, selama satu minggu ke depan Ust.Zakaria tidak dapat hadir, dan akan digantikan oleh Ust.Ali.” Penjelasan Ust.Maemun dengan tegas dan luwes.

Ust.Ali : “Assalammu’alaikum.wr.wb.”
Santri-santri : “Wa’alaikumsalam.wr.wb.”
 Ust.Ali : “Apa kabar semua?”
Santri-santri : “Alhammdulillah baik Ustadz.”
Ust.Ali :”Perkenalkan nama saya Ali Mujahidin, panggil saja Ust.Ali. baiklah seperti yang sudah dijelaskan oleh Ust. Maemun, bahwa saya akan menggantikan Ust.Zakaria. Maka hari ini saya akan menyampaikan materi mengenai Surat Al-Kahfi ayat 1-10.
Secara keseluruhan surat Al-Kahfi menjelaskan perjuangan para pemuda untuk menyebarkan agama Islam yang tertidur berapa ratus tahun lamanya di gua.
Tapi sungguh istimewa, apabila kita mengamalkan surat Al-Kahfi ayat 1-10 setiap hari Jum’at, In Sya Allah, Allah akan menjanjikan surga untuk kita. Terlebih kalau kita dapat menghafalkannya. Masya Allah, sungguh indah janji Allah. Maka dari itu saya harap pertemuan berikutnya saya mau kalian dapat menghafal surat Al-Kahfi ayat 1-10 itu. Sekian dari saya, Wassalammu’alaikum.wr.wb.” Perkenalan dan penyampaian materi oleh Ust.Ali.
Ternyata selama Ust.Ali mengajar, beliau diam-diam memperhatikan Aisyah, namun Aisyah tidak menyadarinya.

Setting 2, di Musholla
Ust.Ali : “Assalammu’alaikum.wr.wb.”
Santri-santri : “Wa’alaikumsalam.wr.wb.”
Ust.Ali : “Alhamdulillah hirobbil ‘alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana kiranya telah memberikan nikmat sehat, nikmat iman, sehingga di hari yang cerah ini, kita dapat bertemu kembali untuk menuntut ilmu yang barokah. Aamiin, Aamiin, Ya Robbal ‘Alamiin. Baiklah sekarang saatnya maju hafalan surat Al-Kahfi ayat 1-10, dimulai dari barisan yang paling depan.”
Akhirnya satu persatu santri-santri pun maju bergiliran. Mulai dari Anwar, Ridho, Zaki, Topan, Zazwina, Putri, Ratih, Aisyah dan seterusnya. Sampai pada akhirnya giliran Aisyah yang maju.
Aisyah : “Bismillah hirrahmaa nirrahiim, Alhamdulillahi hilladzi...... (browsing di mbah google, tulisan arab, surat Al-Kahfi ayat 1-10.)
Ust.Ali : “Masya Allah sungguh indah dan lancar hafalanmu.” Ia tidak sadar melantunkan kata-kata itu, karena ia sedang melamun dan akhirnya ia segera meminta maaf kepada Aisyah.
Aisyah : “Haaa apa ustadz?” Aisyah terkejut.
Ust.Ali : “Sungguh tidak apa-apa, maafkan saya.”
Sepulang dari majelis Aisyah masih bingung, mengapa Ust.Ali bersikap seperti tadi. Ia pun selalu bertanya-tanya pada hati kecilnya.
Aisyah : “Ya Allah, mengapa Ust.Ali bersikap seperti itu ya? Aku jadi tidak enak hati Ya Allah, sepertinya hatiku merasakan sesuatu yang aneh” gumam Aisyah dalam hati.


Setting 3, di jalan
Sepulang mengajar, Ust.Ali sungguh terkagum dengan Aisyah, akhirnya ia mencari tahu siapa Aisyah sesungguhnya. Pada saat itupun Ust.Ali tidak tahu namanya sama sekali, dan ia menanyakan namanya kepada teman sekelasnya.
Ust.Ali : “Assalammu’alaikum.”
Anwar : “Wa’alaikumsalam Ust.Ali, maaf ada apa Ustadz?”
Ust.Ali : “Maaf, kamu termasuk salah satu santri yang saya ajarkan?”
Anwar : “Iya Ustadz, saya Anwar.”
Ust.Ali : “Nah iya Anwar, saya mau bertanya, apa kamu tahu siapa santriwati yang duduk di barisan paling depan, dia duduk di paling samping, dekat tembok?”
Anwar : “Oh itu Ustadz, dia namanya Aisyah, Aisyah Triyanti. Ada apa Ustadz?”
Ust.Ali : “Oh tidak apa-apa Anwar, terima kasih ya sebelumnya. Belajar yang giat, agar cita dan harapan tergapai...!”
Anwar : “Iya Ustadz, mari Ustadz saya mau pulang dulu, Wassalammu’alaikum”. Sambil berjabat tangan.
Ust.Ali : “Baiklah, silahkan, Wa’alaikumsalam.”


Setting 4, di Kamar
Setelah Ust.Ali mengetahui namanya, Ust.Ali mencoba cari tahu siapa  Aisyah sebenarnya, melalui media sosial facebook.
Chattingan via FB.
Ust.Ali : “Aisyah Triyani, hem... ini dia, Aisyah Triyani, tambahkan sebagai teman.”
Aisyah : “Masya Allah, Ali Mujahidin? (sambil tersenyum) berarti Ustadz... Ust.Ali.. Allahhu Akbar..”
Beberapa menit kemudian Aisyah berpikir akan menanyakan sesuatu pada Ust.Ali melalui inbox facebook.
Aisyah : “Assalammu’alaikum Ustadz, ini Ust.Ali ya, yang menggantikan Ust.Zakaria?”
Ust.Ali : “Iya Aisyah, ada apa?”
Aisyah : “Ustadz, kenapa Ustadz  melamun saat saya hafalan?”
Ust.Ali : “Saya kagum dengan hafalan antum.”
Aisyah : “Alhamdulillah, tapi saya rasa biasa saja Ustadz tidak ada yang istimewa.”
Ust.Ali : “Bagus kok.”
Aisyah : “Seharusnya saya yang kagum sama Ustadz, karena Ustadz masih muda sudah jadi Ustadz. Itu tandanya Ustadz priabadi yang baik, pintar, bertanggung  jawab, supel lagi sama santri-santrinya (”
Ust.Ali : “Tidak Aisyah, saya banyak kekurangan. Apalagi dalam hal tanggung jawab. Buktinya sampai sekarang saya masih single, belum menikah (”
Aisyah : “Ah Ustadz bisa saja, mungkin belum bertemu jodoh kali Ustadz.”
Ust.Ali : “Iya, mungkin.”
Aisyah : “Sudah Ustadz, saya mau beres-beres rumah dulu. Wassalammu’alaikum.”
Ust.Ali : “Masya Allah, sungguh wanita sholekhah. Wa’alaikumsalam.”
Selesai chattingan, Aisyah beres-beres. Semua kewajiban sudah selesai Aisyah mencoba tuk buka akun facebooknya kembali. Dia sangat gembira begitu melihat pesan terakhir dari Ust.Ali.
Ust.Ali : “Masya Allah, sungguh wanita sholekhah. Wa’alaikumsalam.”
Aisyah jingkrak-jingkrak nggak karuan di dalam kamarnya. Bahagianyapun makin menjadi karena Ust.Ali mengirim pesan baru untuknya.
Ust.Ali : “Assalammu’alaikum Aisyah, lain kali kalau saya ngajar, dan ada yang tidak paham, tanyakan saja ya, jangan sungkan-sungkan”
Aisyah : “Wa’alaikumsalam Ustadz, iya Ustadz, In Sya Allah.”
Ust.Ali : “Oh iya, saya minta nomer hp kamu saja, dari pada lewat FB, mending whatsapp-an.”
Aisyah : “Iya Ustadz, ini 08976331xxx”
Ust.Ali : “Sampai jumpa di majelis Aisyah.”
Aisyah : “Iya Ustadz.”

Setting 5, di Musholla
Keesokan harinya, setelah bertatap muka dengan Ust.Ali, Aisyah justru canggung, yang biasanya kalau guru menjelaskan ia memperhatikan mimik wajahnya, kini ia hanya menatap ke bawah dan ke buku, tanpa melihat papan tulis, ia hanya mengandalkan pendengarannya, ia hanya mendengarkan penjelasan Ust.Ali.

Setting 6, di Kamar
Sepulang dari mengajar Ust.Ali langsung menghubungi Aisyah.
Chattingan via Whatsapp.
Ust.Ali : “Aisyah mengapa kau bersikap seperti tadi, ketika saya mengajar? Saya ada salah apa dengan antum?”
Aisyah : “Tidak ada apa-apa Ustadz, saya hanya takut.”
Ust.Ali : “Takut kenapa? Aisyah sesungguhnya saya mengagumimu, kamu adalah wanita sholekhah yang cantik dan pintar. Tidak hanya itu, kamu pandai memasak, penyayang dan keibu-ibuan... Masya Allah.”
Aisyah : “Astagfirullah... Ustadz, jangan seperti itu, saya malu. Saya tidak pantas dikagumi. Justru saya yang kagum dengan Ustadz.”
Ust.Zakaria : “Sungguh amat sangat disayangkan saya hanya mengajar selama satu minggu saja di Majelis.”
Aisyah : “Apa yang di sayangkan Ustadz?”
Ust.Zakaria : “Yang saya sayangkan saya hanya dapat berbagi ilmu hanya sebentar saja dengan kalian, tapi semoga bermanfaat. Tapi yang lebih disayangkan saya tidak  berjumpa lagi dengan antum  Aisyah.”
Aisyah : “Masya Allah Ustadz, sungguh mulia. Hem... kenapa jadi saya lagi Ustadz  yang di singgung?”
Ust.Ali : “Sungguh jika Allah mengizinkan dan mengabulkan permintaan saya, saya akan meminta tuk menyisakan satu wanita yang sedemikian rupanya denganmu. Tapi apa boleh buat sepertinya saya tidak pantas mendapatkan wanita seperti antum.”
Aisyah : “Astagfirullah Ustadz, hem... semoga Ustadz mendapatkan wanita yang lebih baik dari saya.”
Ust.Ali : “Jika Allah mengizinkan saya  tuk mengkhitbah antum, In Sya Allah, akan saya laksanakan.”
Aisyah : “Masya Allah Ustadz.”

Setting 7, di Ruang Tamu
Aisyah sedang berkumpul dengan keluarganya dan sedikit menyinggung pilihan hatinya itu, Ust.Ali.
Aisyah : “Ibu, apa Ibu mengizinkan saya dengan Ust.Ali? Itu lho Bu, Ustadz  yang menggantikan Ust.Zakaria?”
Ibunda : “Aisyah Ibu belum mengizinkan kamu dekat dengan siapapun termasuk dengan Ust.Ali. Kamu masih pertengahan semester genap kelas 12, kuliah dulu yang bener.”
Aisyah : “Ibu, maksud Aisyahkan agar suatu saat jika ada seseorang yang ingin menjajaki hati Aisyah, Aisyah sudah ada sandaran, yaitu Ust.Ali, jadi Aisyah tidak mungkin terombang-ambing dalam percitaan. Jadi pas Aisyah kuliah  terus ada yang gangguin Aisyah bilang ja Aisyah sudah punya pacar, atau  tunangan ( Amankan Bu?”
Ibunda : “Tidak Aisyah itu hanyalah kendala untukmu, fokus pada satu hal, Thalabul ‘Ilmi, titik.” Kata ibunda Aisyah sambil beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Aisyah.
Aisyah : “Iya Ibu... Tapi...” mengikuti langkah ibunya. “Ibu, dalam hubungan ini pun Aisyah tahu batasan, Aisyah pacarannya syar’i kok, ketemu hanya di majelis, nggak neko-neko dan komukasi hanya via whatsapp. Tolong ya Bu, izinkan Aisyah dengan Ust.Ali.”
Ibunda : “Tidak Aisyah...” (sambil mengelus kepala Aisyah).” Yang namanya pacaran itu tidak diperbolehkan dalam Islam, dan  tidak ada yang namanya pacaran syar’i, kalaupun ada itu setelah menikah sayang (”

Setting 8, di Kamar
Aisyah langsung ke kamar, ia sedih mendengar keputusan ibundanya, ia hanya gelisah, dududk, bermain hp dan menjawab whatsapp Ust.Ali dengan bimbang dan sedih.
Bergumam-gumam dalam hati.
Aisyah : “Ya Allah, tolong pertemukan aku dengan jodohku, agar aku tidak merasakan sakitnya patah hati. Sungguh cinta sebelum pernikahan adalah cobaan yang berat bagi setiap insan, termasuk diriku ini Ya Allah.”
Waktu mengajar Ust.Ali di majelis hanya tersisa satu kali pertemuan.
Chattingan via Whatsapp.
Ust.Ali : “Assalammu’alaikum Aisyah. Waktu mengajar saya tinggal satu kali pertemuan, saya mohon maaf atas kesalahan saya.”
Aisyah : “Sesungguhnya saya berat kehilangan Ustadz. Tapi Ustadz, menurut Ustadz, apa hubungan kita ini diperbolehkan dalam Islam?”
Ust.Ali : “Maksud kamu hubungan kita yang seperti apa?”
Aisyah : “Ya berdekatan seperti ini Ustadz...”
Ust.Ali : “Kan kita sama-sama tahu batasan.”
Aisyah : “Tetap saja Ustadz, ini hal yang salah, kata bunda kalau mau pacaran, setelah menikah.”
Ust.Ali : “Iya saya paham.”
Aisyah : “Sudahlah Ustadz. Wassalammu’alaikum.”
Ust.Ali : “Wa’alaikumsalam.”

Setting 9, di Majelis.
Hari terakhir Ust.Ali mengajar, ia mengucapkan salam perpisahan dan Aisyah pun mearasa sedih.
Ust.Ali : “Assalammu’alaikum.wr.wb.”
Santri-santri : “Wa’alaikumsalam.wr,wb.”
Ust.Ali : “Baik anak-anak, ini adalah hari terakhir saya menggantikan Ust.Zakaria dalam mengajar kalian. Apabila saya ada salah mohon dimaafkan, karena sesungguhnya segala kesempurnaan hanya milik  Allah, dan segala kekurangan/kesalahan adalah datangnya dari saya pribadi. Pesan saya, tolong selalu amalkan segala ilmu yang telah kalian dapat, jangan mudah lupa mengamalkan kebaikan dan mengamalkan ilmu. Sekian dari saya, Wassalammu’alikum.wr.wb.”
Santri-santri : “Wa’alaikumsalam.wr,wb.”
Anwar : “In Sya Allah, kami ingat selalu pesan Ustadz.”
Ust.Ali : “Alhamdulillah.. Jadi anak yang sholeh dan solekhah ya..”
Santri-santri : “Aamiin...”

Setting 10, di Ruang Tamu
Sebulan berlalu, Aisyah sedih, karena Ust.Ali tidak ada kabar, tidak menghubungi dia sama sekali. Ibundanya pun meledeknya, sehingga Aisyah menyadai kata-kata ibundanya yang sebelumnya.
Bergumam-gumam dalam hati.
Aisyah : “Ya Allah mengapa Ust.Ali tidak ada kabar? Apa benar kata Ibu, kalau Ust.Ali itu hanya kendala untukku?”
Tiba-tiba ibunda datang.
Ibunda : “Kenapa Aisyah? Ust.Ali (?” ledek sang bunda.
Aisyah : “Ibu,,, benar ya kata Ibu, Ust.Ali hanya kendala?” kata Aisyah dengan sedih.
Ibunda : “Sudah jangan sedih, kalau jodoh nggak kemana.” Sambil memeluk Aisyah.

Setting 11, di Ruang Tamu
Empat tahun berlalu, Aisyah sudah lulus kuliah, dan melupakan Ust.Ali. Tapi karena setiap kesabaran akan berbuah manis, Aisyahpun senag karena Ust.Ali datang mengkhitbahnya.
Ayah Ust.Ali : “tok-tok... Assalammu’alaikum.. tok-tok... Assalammu’alaikum..”
Ibunda & Aisyah : “Wa’alaikumsalam..”
Ibunda : “Buka pintu nak..” seru ibunda yang sedang membaca majalah.
Aisyah : “Iya Ibu, Wa’alaikumsalam, silahkan masuk Pak.”
Ayah Ust.Ali : “Iya terima kasih.”
Ibunda : “Eh Pak Heru, apa kabar Pak?”
Ayah Ust.Ali : “Alhamdulillah baik. Ibu sendiri apa kabar?”
Ibunda : “Alhamdulillah kami sekeluarga baik Pak. Bagaimana Bapak jadi mengkhitbah Aisyah?” Berpapasan dengan Aisyah yang menyuguhkan minuman.
Ayah Ust.Ali : “Alhamdulillah, iya jadi Bu.”
Aisyah : “Ibu...” kata Aisyah dengan wajah bad moodnya.
Ibunda : “Ohh... Mana Masnya Pak?”
Ayah Ust.Ali : “Iya tunggu sebentar, dia ada di luar. Mas... masuk Mas...”
Ust.Ali : “Assalammu’alaikum..”
Serentak : “Wa’alaikumsalam..”
Aisyah : “Masya Allah Ibu (” Aisyah sangat bahagia setelah tahu bahwa yang mengkhitbahnya adalah Ust.Ali.

Setting 12, di Taman
Ust.Ali dan Aisyah dapat bersatu dan mereka saling bahagia.
Aisyah : “Masya Allah, salam sahabatku semua, sekuat apapun cinta itu, selama apaun kedekatan itu dan sebanyak apapun kalimat cinta yang terbuang sia-sia jika memang bukan jodohnya pasti Allah tidak mempersatukan kita.”
Ust.Ali : “Tapi, seberapa jauh jarak, ruang, dan waktu memisahkan keduanya, dan banyak rintangan yang menghadang, In Sya Allah akan bersatu walau badai, ombak menerpa berulang-ulang kali.”

Sekian dari kami... Wassalammu’alaikum.wr.wb.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Isyarat Cinta



Rasa itu datang sejak lama, 
menyapaku dengan lembut,
melalui deru angin yang membadai. 
Menyentuh hatiku dengan lembut, 
melalui empasan topan yang menderu. 
Tapi bahasa itu terlalu gelap bagi hati dan jiwaku.
Terlalu lirih bagi sukmaku,
membaca berbagai isyarat dari lubuk jiwamu.
Coba terus teranglah dengan lantang,
sirnakan kehampaanku,
yang tak usai menerka-nerka isyaratmu.
Teruntuk yang ragu menyatakan sebuah rasa 😊

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS