RSS

Mengapa Harus Menikah?




Jauh dalam lubuk hatiku, aku mengagumi dan mencintai seseorang. Rasanya tak ingin melewati hari tanpanya, walau hanya sedetik. Ingin rasanya selalu bersamanya. Ini perasaanku yang kupendam dalam-dalam, dan mungkin akan terbaca oleh orang lain melalui tatapan mataku saat kujumpa denganmu.

Hatiku teramat rapuh, hancur rasanya jika kutahu bahwa aku mencintainya hanya sepihak. Untungnya aku diselamatkan oleh waktu, yang sampai saat ini aku belum bisa tahu pasti bagaimana perasaan pria itu. Sejauh ini terkadang aku mencuri perhatiannya, barang seminggu dua kali atau tiga kali. Barang lima menit atau sampai tiga jam.

Sungguh perasaanku sudah tak tertahan lagi, andai sejauh ini cinta boleh kuungkap, akan kuungkapkan. Huh mengapa mencintaimu terkadang terasa berat? Merindukanmu setiap detik sampai ujung waktu pertemuan. Sirna saat bertemu, dan kembali merindu saat berpisah.

Terkadang karena kurasa terlalu berat merindukanmu. Saat itu juga kurasa tak mau lagi berjumpa dengan siapapun selain dirimu. Karena kukhawatir akan merindukan orang lain selain dirimu, dan mengakibatkanku memiliki berjuta-juta rindu, yang tak pasti terobati.

Jalan yang harus kutempuh untuk menghilangkan rindu itu adalah selalu bertemu denganmu bukan? Yaitu dengan cara menikah. Tapi lagi-lagi banyak tanya dalam benakku. Mengapa kita harus menikah?

Dalam bayanganku menikah itu berat. Hal yang pertama kali aku terima adalah mendadak harus bangun pagi tanpa sapaan ayah ibuku. Harus menyiapkan sarapan untukmu, barang sesuap, dan selalu harus memperhatikanmu. Aneh bukan?

Selanjutnya, bagaimana dengan kewajibanku? Menjadi istri paruh waktukah? Setelah sama-sama lelah bekerja, aku harus menyiapkan segala keperluanmu. Barang sejenak berbincang-bincang dengamu. Baiklah itu tak masalah, akan kujawab tantangan itu.

Namun, kepastian berikutnya akan hadir malaikat kecil dalam kehidupan kita. Sepanjang waktu akan dipenuhi tangis, lelah dan berganti pula rutinitas kita. Tidak cukup sampai situ payahnya. Kau dan aku berkewajiban mendidiknya.

Mendidik malaikat kecil kita tak semudah membuat secangkir kopi Pak. Sangat berat. Mungkin seperti proses menanam padi, banyak proses yang harus dilalui. Butuh ilmu untuk itu semua.

Lalu mengapa kita harus menikah? Jika semuanya tentang kepayahan? Itu pola pikirku. Sehingga saat dilanda cinta, dan menuju pernikahan yang penuh payah. Saat itu pula kutak mau berjumpa dengan seorang pun yang bisa membuat kukagum. Lalu berencana menyiapkan segalanya dengan baik. Aku butuh waktu, butuh ilmu, dan butuh cinta, kasih, dan sayangmu kelak Tuan. Maka marilah sama-sama memantaskan diri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar